MEMBERI PERSEMBAHAN TIDAK MEMBUAT ORANG BERKEKURANGAN
MEMBERI PERSEMBAHAN TIDAK MEMBUAT ORANG BERKEKURANGAN
Memberi persembahan bagi Allah yaitu memuliakan Allah dengan harta kita, tidak akan membuat manusia itu kekurangan, tetapi semakin memicu berkat Allah dilimpahkan sampai berlimpah-limpah dan membuat bejana Anda meluap dengan buah anggurnya. Saya sangat percaya perkataan Allah itu...Amin!
"Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya." (Amsal 3:9-10)
Memang *mudah* untuk mengajarkan kepada jemaat seperti ini: Hai jemaat, kasihilah Allahmu dengan segenap hatimu.
Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu." (Matius 22:37)
Tetapi, dalam pelaksanaannya *susah* saudaraku, ketika mempraktekkan kasih kepada Allah itu melalui pemberian persembahan : Apakah benar hati Anda mengasihi Allah? Atau hanya di bibir Anda saja? Karena itu, *ketaatan* harus dilatih saudaraku, kalau perlu, *dilatih keras*...
TUHAN tidak membutuhkan uang manusia. Apa buktinya? Persembahan bagi-Nya diberikan kepada hamba-hamba-Nya.
"Lagi berfirmanlah TUHAN kepada Harun: "Sesungguhnya Aku ini telah menyerahkan kepadamu pemeliharaan persembahan-persembahan khusus yang kepada-Ku; semua persembahan kudus orang Israel Kuberikan kepadamu dan kepada anak-anakmu sebagai bagianmu; itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya." (Bilangan 18:8)
Lalu apa yang TUHAN lihat? Hati manusia kepada-Nya. Ketika hati manusia mentaati firman-Nya, maka hati manusia itu *mengasihi Allah*. Ketika hati manusia sampai ke *titik mengasihi Allah* itu, maka berkat diperintahkan Allah untuk mendatangi hidupnya dan menjadi bagian manusia itu.
"Jika engkau baik-baik mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan melakukan dengan setia segala perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka TUHAN, Allahmu, akan mengangkat engkau di atas segala bangsa di bumi. Segala berkat ini akan datang kepadamu dan menjadi bagianmu, jika engkau mendengarkan suara TUHAN, Allahmu." (Ulangan 28:1-2)
Dalam pengajaran memberi persembahan ada 3 level:
1.Memberi persembahan
2.Memberi persembahan dengan suka cita
3.Allah melihat bobot persembahan.
1.Memberi persembahan.
Hampir semua umat TUHAN rajin memberikan persembahan,meskipun motivasinya berbeda beda,ada yang karna takut akan Allah,karna terpaksa,karna kewajiban dari gereja,supaya dipuji orang.
2.Memberi persembahan fengan sukacita.
Ada orang berpikir mengapa saya sudah memberi persembahan persepuluhan, tetapi hidup saya belum diberkati. Pertanyaannya: Apakah Anda sudah memberi dengan sukacita saudaraku?
Di 2 Korintus 9:6-15 tertulis tentang perikop berjudul: *Memberi dengan sukacita mendatangkan berkat*. Judulnya sudah jelas bahwa: Yang memberi dengan sukacita yang mendapat berkat bukan?
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita." (2 Korintus 9:7)
Lalu bagaimana jika memberi bukan dengan sukacita? Saya jawab: Tidak mendapat berkat. Memberi tidak rela hati, sedih hati atau karena paksaan, tidak akan mendapat berkat dari Allah.
Saya memberi Anda ilustrasi ini: Seorang memberikan barang kepada Anda sambil ngomel-ngomel. Apakah Anda senang menerima barang itu? Tidak bukan? Mendingan orang itu tidak memberikan barang kepada Anda, dari pada memberikannya dengan ngomel-ngomel bukan?
Mungkin bibir Anda tidak ngomel-ngomel kepada Allah, tetapi Allah melihat *hati* saudaraku. Tidak rela, sedih hati atau terpaksa, itu semua berhubungan dengan hati manusia. Tidak terlihat kasat mata, tetapi dilihat oleh Allah.
"Bukan yang dilihat manusia yang dilihat Allah; manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi TUHAN melihat hati." (1 Samuel 16:7b)
Saudaraku, memberi persembahan kepada Allah adalah *level pertama* dalam pengajaran tentang persembahan, dan memberi kepada Allah dengan sukacita adalah *level kedua*. Anda harus naik "satu tingkat" dari memberi karena terpaksa, menjadi memberi dengan sukacita. Ingat, hanya memberi dengan sukacita yang mendatangkan berkat...
3.Allah melihat BOBOT PERSEMBAHAN
Allah melihat *bobot* persembahan Anda. Bobot berbicara tentang prosentase.
Saudaraku, saya mengutip kisah persembahan janda miskin dan orang kaya di Bait Suci. Mengapa Yesus mengatakan janda miskin memberi *lebih banyak* dari orang kaya? Sebab *bobot* persembahan janda miskin lebih besar dari orang kaya itu.
"Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya." (Lukas 21:1-4)
Saya memberi Anda ilustrasi ini: Saya memiliki uang Rp. 50.000,- dan memberi persembahan Rp. 10.000,-. Lalu Anda memiliki uang Rp. 1 milyar dan memberi persembahan Rp. 1 juta. Persembahan mana yang bobotnya paling besar...?
Persembahan saya bobotnya adalah :
= (10.000 : 50.000) x 100%
= 20%
Persembahan Anda bobotnya adalah :
= (1 juta : 1 milyar) x 100%
= 0,1%
Saudaraku, di mata manusia persembahan Anda terlihat *lebih besar* bukan? Tetapi, di mata Allah persembahan saya terlihat *lebih besar*. Apanya yang besar? Bobot atau prosentasenya.
Sebagai hamba Allah saya berkata: Persembahan janda miskin terlihat *lebih besar* di mata Allah. Mengapa? Sebab bobotnya bukan 20% seperti persembahan saya di atas, tetapi 100% saudaraku. Yesus berkata: Janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi *seluruh* nafkahnya...
Saya beri ilustrasi tentang persembahan saudaraku, yaitu :
1. Gaji = penghasilan
2. Persembahan = kewajiban
3. Lain-lain = kebutuhan
Poin ke-3 di atas, yaitu lain-lain (kebutuhan), terdiri dari banyak macam, antara lain: Biaya makan, uang sekolah, bayar angsuran rumah, kredit dan lain-lain.
Lalu dari mana persembahan dihitung? Dari poin ke-1, yaitu *gaji (penghasilan)*. Anda menerima 10, maka dari 10 itulah dihitung persembahan bagi Allah.
Misalkan: Anda menerima 10, lalu Anda kurangkan dengan kebutuhan 9, maka tersisa 1. Lalu Anda beri persembahan dari 1 itu, misalkan 10%, maka bagi Allah hanya 0,1. Apakah 0,1 adalah sepersepuluh dari 10? Tidak bukan? 0 1 adalah *seperseratus* dari 10....
Ketika seorang menerima gaji (penghasilan), maka yang pertama dia harus *memisahkan* persembahan yang untuk Allah. Ini disebut menjadikan Allah yang utama dan yang pertama.
Perintah ke-403: Tidak lalai memisahkan persembahan khusus dan persepuluhan. Pemisahan dilakukan menurut urutan: Pertama: Buah sulung, persembahan khusus, persepuluhan pertama dan terakhir persepuluhan kedua (Keluaran 22:29)
"Janganlah lalai mempersembahkan hasil gandummu dan hasil anggurmu. Yang sulung dari anak-anakmu lelaki haruslah kaupersembahkan kepada-Ku." (Keluaran 22:29)
Lalu, dari sisa gaji setelah dikurangkan persembahan itulah, dia menggunakannya untuk berbagai keperluannya.
Janji Allah adalah: Menghardik belalang pelahap yang akan menghabiskan sisa penghasilan Anda itu. Anda boleh membuktikannya..
"Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam." (Maleakhi 3:11)
Poin penting tentang hukum mengasihi Allah itu terletak pada menjadikan Allah yang *terutama* dan yang *pertama*. Semoga anda paham saudaraku.
"Jawab Yesus kepadanya: "Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama." (Matius 22:37-38)
Memberi persembahan itu soal *kebiasaan* saja saudaraku. Memang pada mulanya *sulit*, tetapi jika terus *dilatih*, maka menjadi kebiasaan. Kebiasaan yang dilakukan terus-menerus akan menjadi *gaya hidup*.
"Hendaklah masing-masing memberikan menurut kerelaan hatinya, jangan dengan sedih hati atau karena paksaan, sebab Allah mengasihi orang yang memberi dengan sukacita. Dan Allah sanggup melimpahkan segala kasih karunia kepada kamu, supaya kamu senantiasa berkecukupan di dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan di dalam pelbagai kebajikan." (2 Korintus 9:7-8)
Semoga bermanfaat
Semarang,
Hamba terhina dari Yang Mahatinggi
Komentar